Sabtu kemaren bangsa Indonesia memperingati hari Kartini. Hari emansipasi wanita Indonesia katanya. Tapi kayanya kok sekarang greget perayaan Hari Kartini ngga semeriah dulu yah? Apa karena sekarang vie udah bukan anak sekolahan lagi yang tiap hari Kartini diharuskan berpakaian nasional untuk memperingati Hari Kartini, jadinya sempet ngga ngeh kalau Sabtu maren tu Hari Kartini? Baru ngeh setelah masuk mall liad waitress McDonald pada pakai kebaya. Baru bergumam dalam hati…woooo ternyata hari ini hari kartini toh? Hihihih..parah deh suka lupa tanggal gini.
Tapi memperingati Hari Kartini kan ngga cuma dengan mengenakan pakaian nasional setiap tgl 21 April kan yah? Itu mah menurut vie cuma semacam simbol peringatan ajah. Ech tapi itu juga penting sih, daripada ga ada sama sekali kan malah kesannya sepi gitu. Cuma. menurut vie mah, sekarang ini apa yg diperjuangkan RA Kartini jaman dahulu itu udah menjadi salah kaprah. Beliau memperjuangkan agar kaum wanita dijamannya boleh mengecap pendidikan setara dengan kaum pria, dan tidak hanya menjadi `konco wingking` (dibelakang/ dapur) saja. Sekarang, setelah apa yang diperjuangkan RA Kartini itu menjadi kenyataan sekarang. Pria dan wanita mempunyai hak yang sama dalam pendidikan. Malah arti emansipasi itu semakin meluas. Ngga cuma dalam hal pendidikan tapi juga dalam lapangan pekerjaan. Wanita banyak yang menduduki posisi dalam pekerjaan2 yang dahulu cuma dipegang oleh pria. Bahkan sampai Presiden wanita pun pernah di negara kita ini. Wah hebat dong…
Tapi ada satu hal yang menggelitik hati buat dipertanyakan. Kalau kaum wanita telah setara dengan lelaki dalam semua hal, haruskah dirinya meninggalkan kodratnya sebagai wanita? Kodrat seorang wanita adalah menjadi ibu. Setinggi apapun pendidikan atau jabatan yang dia raih atau dia pegang, dia tak bisa menafikkan kodratnya sebagai seorang wanita. Seorang ibu, yang bertanggung jawab terhadap anak2nya, mengurus suami dan rumah tangganya. Walau mungkin jaman sekarang peran itu tak bisa 100% all out dipegang oleh seorang wanita (baca: wanita karir). tapi paling engga dia tetap memperhatikan dan care terhadap rumah tangganya. Dia tetap menjadi pemegang keputusan dan mengemudikan arah biduk rumah tangganya walau nahkoda tetap saja dipegang oleh suami. Masa depan anak2 ada di tangan seorang ibu. Hendak seperti apa seorang anak sebenarnya tergantung kepada didikan yang dia terima di rumah, khusunya dari sang bunda.
So kalau menrut vie tuh, wanita khususnya wanita Indoneisa adalah seorang superwoman. Karena dia memerankan dua fungsi sekaligus. Sebagai seorang ibu yang mengurus rumah tangganya dan sekaligus sebagai seorang sosok yang mempunya karir gemilang di luar rumah. Ibu Kartini pasti tersenyum disana karena melihat apa yang beliau perjuangkan dulu tuh telah menjadi kenyataan sekarang ini. :)
Namun bicara soal emansipasi, wanita dengan lantang minta agar haknya disetarakan dengan lelaki. Namun kayanya masih ada juga tuh yang kaya gini nih : ” Don, anterin aku ke sini ya..anterin aku kesitu yaa…tolong buatkan aku ini ya..tolong ambilkan aku itu yaaa…aku kan cewe ga bisa ngelakuin hal2 kaya gitu….”
hehehehe….Cowo emang sudah kodratnya menjadi lebih kuat dari cewe so wajar kalau cewe sering minta tolong ini itu ke kaum cowo. Tapi jangan sampai atuh ya mentang2 cewe terus memanfaatkan temen cowo, minta diantar ke sini situ, minta traktir dengan dalih cowo gentle harusnya bayarin cewe (wew iyah gitu? :P ), tus minta dibuatin ini itu untuk hal2 yang sebenarnya sangat bisa untuk dilakukan sendiri. Kita emang ga bisa melakukan semuanya sendiri, kadang kita butuh bantuan orang lain buat melakukan sesuatu. Tapi jangan sampai kita memanfaatkan gender kita untuk meminta kaum pria melakukan sesuatu buat kita. Kita minta bantuan karena memang kita bener2 ga mampu untuk melakukan sesuatu itu.
So come on girl, be an independent woman, asal jangan terlalu mandiri, karena cowo juga ga suka cewe yang terlalu mandiri loh…hihihihi…
Bener ga?

^_^